Pengertian kata “Narsisme” yang aku ungkapkan ini aku temukan setelah jutaan kali mendengar kata Narsis sebanyak jutaan kali dari mulut-mulut temanku. Sejak awal mendengar kata narsis sampai sedetik sebelum membaca sebuah artikel yang diketemukan oleh dukun sakti “Mbah Google”, aku gak tau sedikitpun tentang arti kata aneh itu. Kemudian tak beberapa lama setelah tapa brata di depan mbah Google akhirnya beliau menemukan sebuah artikel tentang Narsisme. Dalam artikel tersebut, kata narsis atau narsisme telah digunakan oleh bangsa romawi sejak ribuan tahun yang lalu. Narsisme dari kata Narcissus yang kemudian berkembang menjadi paham Narcisism terus lambat laun terserap dalam bahasa Indonesia Menjadi Narsisme sehingga pelakunya disebut dengan Narsis.
Dari hasil tapa brataku di depan mbah Google, beliau memberi wejangan agar aku membuka artikel yang telah beliau temukan. Di dalam artikel itu disebutkan bahwa sebenarnya Narsis adalah kelainan mental secara diagnostic dan manual statistic yang secara umun bisa dikenal sebagai rasa cinta terhadap diri sendiri secara berlebihan. Secara garis besar aku belum bisa mengerti apa maksud kalimat tersebut., tetapi aku yakin kamu pasti paham akan maksud dari kata-kata di atas. Sebenarnya sifat Narsis itu sudah ada sejak manusia lahir, hal ini berguna untuk untuk menyeimbangkan dirinya dengan orang lain agar tidak minder.
Selain mencimtai dirinya sendiri, yang disebut narsis yang lain adalah merasa dirinya paling tampan, paling pintar, pokoknya merasa dirinya paling perfect dan spesial. Akibat buruk dari Narsis adalah sombong dan arogan. Loh kok Bisa? Ya pastilah bisa, soalnya dari dari merasa dirinya spesial, dia beranggapan orang lain tidak se spesial dirinya dan merasa orang lain lebih “tidak berguna” dari dirinya sehingga rasa sombongpun secara perlahan akan muncul dengan sendirinya.
Sebenarnya dari mana sich asal muasal kata “Narsis”? Menurut artikel yang aku baca tadi, ada dua versi sejarah Narsis. namun dari kedua versi tersebut, terdapat dua kesamaan inti ceritanya yaitu sama-sama mencintai dirinya sendiri sehingga dia tidak mau jatuh cinta dengan orang lain dan mati.
Versi pertama. Narcissus adalah anak dewa sungai, Cephisus ( dewa kok bisa punya anak ya? Terus siapa penghulu dan walinya ketika menikah?). Narcissus adalah seorang pemuda yang sangat tampan. Pada saat usia 16 tahun semua gadis jatuh cinta kepadanya, namun si goblok Narcissus menolak dengan sombongnya ( bagaimana tidak goblok, semua gadis dia tolak. Kalau akau jadi dia sudah pasti semua gadis akan aku nikahi). Suatu hari, seorang gadis bernama Echo (kalau dalam bahasa jawa artinya enak) yang cantik nan manis datang untuk menembaknya dengan panah asmara. Hal yang goblok untuk kedua kalinya dilakukan oleh Narcissus, yaitu menolak cintanya dan meninggalkan si malang Echo begitu saja di hutan. Karena broken heart atau istilah yang lebih keren “patah hati”, Echo menghabiskan sisa hidupnya di lembah, merindukan Narcissus dan berdoa hingga suaranya menggema kemana-mana dan dari sinilah muncul istilah gema yang disebut dengan “Echo”. Namesis, the goddess of Rhamnous (siapa lagi ini orang, g da dalam kamus kumpulan orang Waras), mendengar doanya dan mengirimkan hukuman untuk Narcissus. Akibat mantra yang dikirimkan oelh Namesis, pada saat Si Narcissus mengambil air di tepi danau di hutan, dia melihat pantulan wajahnya yang dipikirnya tampan di air, dia langsung merasa jatuh cinta pada bayangan tersebut. Akibat dari sebab akibat yang ia lakukan, si Narcissus mati merana karena cintanya merasa tak terbalas dan putus asa dan akhirnya mati bunuh diri. Sungguh tragis dan tak patut ditiru.
Versi kedua yang aku temukan berkisah tentang seorang raja di Romawi yang bernama Narsis. Sang raja ini mempunyai kebiasaan aneh, yaitu sering berlama-lama di depan cermin untuk melihat ketampanannya.
SEBELUM MEMBACA TULISAN INI LEBIH LANJUT, AKU MINTA BAGI SIAPA SAJA YANG SUKA NGACA UNTUK MENGHENTIKAN MEMBACA ARTIKEL INI SEBELUM KAMU PINGSAN DI TEMPAT!!!!!!
Balik ke masalah sang raja. Karena sering melihat wajahnya di depan cermin, tanpa disadarinya dia jatuh cinta pada bayangannya sendiri (wah ini memang benar-benar orang aneh). Dan yang paling konyol, dia beranggapan tak ada seorangpun yang dapat melebihi ketampanannya. Menurut artikel yang aku baca, dari sinilah timbulnya paham narsis. Bahkan dia memuja-muja dirinya sendiri dan tak ada waktu untuk melirik kepada orang lain. Seluruh hidupnya dihabiskan untuk memuja-muja dirinya, bahwa dia paling hebat, paling kuat, paling tampan dan paling bla bla bla yang lainnya. Akhir dari cerita sang raja geblek itu tercapai setelah dia jalan-jalan dipinggir kolam dan melihat bayangannya yang menurutnya paling tampan itu, kemudian dia berusaha meraihnya dengan terjun ke kolam dan mati deh si raja dungu karena gak bisa berenang.
Kesimpulan dari kedua cerita tentang narsis yang sama-sekali gak pernah aku percaya ini tetapi masih dapat memberikan pesan moral kepadaku. Bahwa janganlah menganggap diri kita merasa paling hebat, paling tampan, paling segalanya lah pokoknya karena dengan membangun mind set kita seperti itu, secara tidak sadar kita telah membangun sebuah kelainana mental yang menganggap dirinya paling perfect dan mengnggap orang lain tak berguna dan tak ada apa-apanya bagi dirinya.
Pesan moral yang dapat diambil :
1. Kalau ada lawan jenis yang jatuh cinta terima aja, kalau tidak diterima pasti seorang hombrenk(homo) atau mungkin sudah menikah dengan dirinya sendiri
2. Jangan pernah ngaca, kalau perlu pecahin semua kaca yang ada
3. Sering foto-foto boleh, asal setelah difoto sesegera mungkin fotonya dihapus buang saja kameranya
4. Jangan terjun ke kolam yang ada tulisannya : selain ikan dilarang masuk
5. Jangan sombong
6. Jangan terlalu pintar, biar gak menganggap orang lain bodoh.
7. Kalau belum paham tanyakan pada mbah Google
8. Tambahkan sendiri……………………..
Sippp
Kang_Nie
Dari hasil tapa brataku di depan mbah Google, beliau memberi wejangan agar aku membuka artikel yang telah beliau temukan. Di dalam artikel itu disebutkan bahwa sebenarnya Narsis adalah kelainan mental secara diagnostic dan manual statistic yang secara umun bisa dikenal sebagai rasa cinta terhadap diri sendiri secara berlebihan. Secara garis besar aku belum bisa mengerti apa maksud kalimat tersebut., tetapi aku yakin kamu pasti paham akan maksud dari kata-kata di atas. Sebenarnya sifat Narsis itu sudah ada sejak manusia lahir, hal ini berguna untuk untuk menyeimbangkan dirinya dengan orang lain agar tidak minder.
Selain mencimtai dirinya sendiri, yang disebut narsis yang lain adalah merasa dirinya paling tampan, paling pintar, pokoknya merasa dirinya paling perfect dan spesial. Akibat buruk dari Narsis adalah sombong dan arogan. Loh kok Bisa? Ya pastilah bisa, soalnya dari dari merasa dirinya spesial, dia beranggapan orang lain tidak se spesial dirinya dan merasa orang lain lebih “tidak berguna” dari dirinya sehingga rasa sombongpun secara perlahan akan muncul dengan sendirinya.
Sebenarnya dari mana sich asal muasal kata “Narsis”? Menurut artikel yang aku baca tadi, ada dua versi sejarah Narsis. namun dari kedua versi tersebut, terdapat dua kesamaan inti ceritanya yaitu sama-sama mencintai dirinya sendiri sehingga dia tidak mau jatuh cinta dengan orang lain dan mati.
Versi pertama. Narcissus adalah anak dewa sungai, Cephisus ( dewa kok bisa punya anak ya? Terus siapa penghulu dan walinya ketika menikah?). Narcissus adalah seorang pemuda yang sangat tampan. Pada saat usia 16 tahun semua gadis jatuh cinta kepadanya, namun si goblok Narcissus menolak dengan sombongnya ( bagaimana tidak goblok, semua gadis dia tolak. Kalau akau jadi dia sudah pasti semua gadis akan aku nikahi). Suatu hari, seorang gadis bernama Echo (kalau dalam bahasa jawa artinya enak) yang cantik nan manis datang untuk menembaknya dengan panah asmara. Hal yang goblok untuk kedua kalinya dilakukan oleh Narcissus, yaitu menolak cintanya dan meninggalkan si malang Echo begitu saja di hutan. Karena broken heart atau istilah yang lebih keren “patah hati”, Echo menghabiskan sisa hidupnya di lembah, merindukan Narcissus dan berdoa hingga suaranya menggema kemana-mana dan dari sinilah muncul istilah gema yang disebut dengan “Echo”. Namesis, the goddess of Rhamnous (siapa lagi ini orang, g da dalam kamus kumpulan orang Waras), mendengar doanya dan mengirimkan hukuman untuk Narcissus. Akibat mantra yang dikirimkan oelh Namesis, pada saat Si Narcissus mengambil air di tepi danau di hutan, dia melihat pantulan wajahnya yang dipikirnya tampan di air, dia langsung merasa jatuh cinta pada bayangan tersebut. Akibat dari sebab akibat yang ia lakukan, si Narcissus mati merana karena cintanya merasa tak terbalas dan putus asa dan akhirnya mati bunuh diri. Sungguh tragis dan tak patut ditiru.
Versi kedua yang aku temukan berkisah tentang seorang raja di Romawi yang bernama Narsis. Sang raja ini mempunyai kebiasaan aneh, yaitu sering berlama-lama di depan cermin untuk melihat ketampanannya.
SEBELUM MEMBACA TULISAN INI LEBIH LANJUT, AKU MINTA BAGI SIAPA SAJA YANG SUKA NGACA UNTUK MENGHENTIKAN MEMBACA ARTIKEL INI SEBELUM KAMU PINGSAN DI TEMPAT!!!!!!
Balik ke masalah sang raja. Karena sering melihat wajahnya di depan cermin, tanpa disadarinya dia jatuh cinta pada bayangannya sendiri (wah ini memang benar-benar orang aneh). Dan yang paling konyol, dia beranggapan tak ada seorangpun yang dapat melebihi ketampanannya. Menurut artikel yang aku baca, dari sinilah timbulnya paham narsis. Bahkan dia memuja-muja dirinya sendiri dan tak ada waktu untuk melirik kepada orang lain. Seluruh hidupnya dihabiskan untuk memuja-muja dirinya, bahwa dia paling hebat, paling kuat, paling tampan dan paling bla bla bla yang lainnya. Akhir dari cerita sang raja geblek itu tercapai setelah dia jalan-jalan dipinggir kolam dan melihat bayangannya yang menurutnya paling tampan itu, kemudian dia berusaha meraihnya dengan terjun ke kolam dan mati deh si raja dungu karena gak bisa berenang.
Kesimpulan dari kedua cerita tentang narsis yang sama-sekali gak pernah aku percaya ini tetapi masih dapat memberikan pesan moral kepadaku. Bahwa janganlah menganggap diri kita merasa paling hebat, paling tampan, paling segalanya lah pokoknya karena dengan membangun mind set kita seperti itu, secara tidak sadar kita telah membangun sebuah kelainana mental yang menganggap dirinya paling perfect dan mengnggap orang lain tak berguna dan tak ada apa-apanya bagi dirinya.
Pesan moral yang dapat diambil :
1. Kalau ada lawan jenis yang jatuh cinta terima aja, kalau tidak diterima pasti seorang hombrenk(homo) atau mungkin sudah menikah dengan dirinya sendiri
2. Jangan pernah ngaca, kalau perlu pecahin semua kaca yang ada
3. Sering foto-foto boleh, asal setelah difoto sesegera mungkin fotonya dihapus buang saja kameranya
4. Jangan terjun ke kolam yang ada tulisannya : selain ikan dilarang masuk
5. Jangan sombong
6. Jangan terlalu pintar, biar gak menganggap orang lain bodoh.
7. Kalau belum paham tanyakan pada mbah Google
8. Tambahkan sendiri……………………..
Sippp
Kang_Nie
Posting Komentar