Weh, udah lama juga gak posting sesuatu, Hi hi hi. Dan masih ingat gak sama cerita konyol tentang WFR tanggal 2-3 januari yang belum tahu endingnya. Untuk mengobati rasa penasaran kamu – kamu sekalian. Oke dah kalo begitu cerita sudah siap diputar kembali.
Sambungan episode satu, Kepingan Ingatan Sebulan yang Lalu
Setelah jam empat kami dipersilahkan pulang, dan team kami dengan semangatnya keluar dari ruangan dan mempengaruhi team lain untuk segera pulang. Malamnya sekitar jam 8, kami melanjutkan merakit. Tapi naas, niat itu pupus seiring godaan setan untuk ngenet dan lupa deh tentang robot kami yang belum jadi. Semalam suntuk kami tidak tidur dan hanya sedikit saja perubahan yang ada di robot kami.
Minggu, 3 januari 2010 pagi
Pada pagi ini pagi yang sangat tidak ditunggu – tunggu, kama bertiga datang dengan kepala menunduk menandakan kami sangat sopan, ha ha ha. Maksudnya menunduk karena kami yakin kami akan gagal dan tidak akan mampu menanggung malu. Kegiatan pertama pada hari itu, kami semua peserta WFR dimasukkan dalam satu ruang untuk diberi penjelasan tentang teknis mini lomba simulasi robot line tracer kami. Pada saat itu juga semangat kami bertiga langsung pulih, tapi sedetik kemudian anjlok kembali karena melihat nama robot dari team lawan kami yang lebih keren yaitu “MONOKOROBO”, bandingkan dengan robot team kami yang sederhana “CEPOT JUGA”.
Akhirnya setelah selesai membacakan teknis simulasi, Kami kembali ke kelas kami masing – masing lagi seperti kemaren. Sudah disangka sudah diduga, mas Adit, trainer kami datang paling terakhir dari trainer – trainer yang lain. Tapi kali ini berbeda dari hari kemaren, dia sekarang lebih giat membantu kami karena kami banyak melakukan kesalahan. Sambil memperbaiki dan trubelshooting kesalahan-kesalahan, dia mengeluarkan kata- kata mutiara seperti d*nc*k,A*u, ng*nt*t,a*j*ng dan lain – lain lah.
Sekitar jam setengah satu semua peserta dipersilahkan untuk ISOMA, dan kemudian dilanjutkan dengan simulasi mini tracer. Saat-saat inilah yang paling tidak ditunggu-tunggu sama kelompok kami, karena ter nyata robot kami tidak bisa jalan, anjrot kami baru inget kalau motor langsung ke roda itu gak bakalan bisa jalan karena start membutuhkan beban yang ringan, makanya harus dikasih gear. Tapi kami tidak pernah putus asa dan inilah yang harus diacungi lima jempol, kami berinisiatif untuk meminta gear+roda miliknya si Arif Reog (si Ponrog) karena dia sudah pasrah karena dia tadi sudah kalah. Dengan sigap kami bertiga langsung mempreteli mekanik dari robotnya si ponrog. Kalau memang sudah sial ya tetep aja sial, kebodohan lah yang membuat kami sial. Tanpa disengaja, lem alteko meluber ke poros motor, dan motor tidak dapat berputar. Sempat punya niatan juga untuk mencoba mempreteli motor dari robotnya si ponrog, tapi kami tak tega dan kareana waktu kami sudah mepet, kami sudah dipanggil sebanyak tiga kali dan yang paling menggembirakan kami di diskualifikasi. Setelah mendengar kelompok kami di diskualifikasi, aku tidur deh, sedangkan si wildan sama si Kamal memperbaiki robotnya si Ponrog karena ternyata dia masuk 16 besar. Tapi memang nasib baik gak bakalan pernah ada pada kamus anak-anak benteng, dengan terpaksa si Ponrog juga kena diskualifiksi karean dia masih sholat ‘Ashar dan tidak mendengar dan tidak mengerti kalau dia lolos ke babak 16 besar.
Sama dengan pagi, sorenya kami pulang dengan kepala menunduk.
Kang_Nie
Posting Komentar