Sebelum Memulai Cerita, saya ucapkan Selamat Tahun Baru 2010 untuk siapapun yang merayakannya. Semoga saja, tidak hanya Tahun Baru Masehi yang selalu Rame, tetapi seharusnya (bagi yang muslim khususnya) sudah selayaknya meramaikan Tahun Baru Hijriah yang merupakan tahun kebanggaan kita, bahkan kalau perlu lebih meriah dari Tahun Baru biasa seperti semalam. Mudah-mudahan di Tahun yang 'katanya' baru ini kita smua masih dalam Ampunan ALLAH SWT.. amiinn..
*Journey to SuraMadu*
Malam Pergantian taun 2010 (menurut perhitungan Masehi) adalah malam Pergantian Tahun yang paling melelahkan bagiku. Bagaimana tidak, Malam awal 2010 sangat dipadati oleh aktivitas perayaan sederhana yang diadakan oleh aku dan beberapa orang temanku. Malam Pergantian Tahun 2010 kami awali dengan menyebrangi jembatan SuraMadu. Kami bersepuluh dengan 5 motor mengawali start dari depan Asrama Mahasiswa ITS Blok I. Saat itu cuaca sebenarnya tidak mendukung , karena gerimis sudah mulai berjatuhan. Namun, karena inginnya berjalan-jalan dan inilah saat pertama kalinya kami akan ke Suramadu, maka seperti apapun badai yang menghadang kami tetap berangkat karena tekad sudah benar-benar teguh. Setelah kumpul kamipun memacu sepeda motor menuju “jembatan SuraMadu”. Diperjalanan kami sempat berputar-putar sedikit karena salah jalan dan berhenti sebentar karena hujan sudah deras. Namun, niat tetap kokoh untuk melanjutkan perjalanan. Maka, setelah membeli kantong plastik untuk membungkus Hape kamipun beraksi kembali di jalan raya. Begitu sampai di Depan Gerbang Tol Suramadu, dalam hati ku berkata “Akhirnya, mimpi untuk menyebrangi Suramadu tercapai juga.” Dan kamipun masuk tol dengan tarip Rp.3000 per motor.
Begitu melintasi Jembatan, ternyata sangat panjang sekali bagiku, hamparan Laut membentang luas. Ombak-ombak berayun menari-nari, seolah menyambut kedatangan pertama kami ke Tahta Suramadu ini. Namun ternyata, karena terlalu panjang aku bosan ketika menyebranginya, karena sepanjang perjalanan yang kulihat sebelah Kiri Laut dan kanan hanya tatanan besi yang kokoh (dari arah Surabaya ke Madura). Namun, kebosanan tersebut terobati ketika sampai tengah Jembatan. Karena disanalah Kemegahan sang Ratu ‘SuraMadu’ tersembunyi. Kilauan warna campuran hijau, biru, dan pink yang indah menghiasi Pagar tengah jembatan mebuat mata segar kembali untuk terus melanjutkan perjalanan. Namun, setelah kemegahan tersebut terlewati saat itulah kebosanan kembali menghampiri. Sempat terlintas dalam pikiran temanku, bagaimana seandainya bila ditengah suramadu yang panjangnya 5.438 m ini khabisan bensin ataupun mogok?? Hmm, mungkin alternatifnya adalah melempar motor beserta diri sendiri kelaut.
Setelah beberapa lama melewati jembatan tersebut akhirrnya sampailah kami di Madura, itulah ujung SuraMadu. Motor kami pinggirkan dan kami beristirahat sejenak. Saat itulah pertama kali aku menginjak tanah Madura, dan rasanya ?? Sama aja sih kaya tanah yang laen. Disana suasana sangat ramai meski jalanan belum terlihat padat karena Malam Pegantian Tahun masih sekitar 2jam lagi kala itu.
Begitu kami melanjutkan perjalanan (niatnya kami ingin mengeliling Madura), kami melihat ada kerumunan yang sedang ramai, dan ditengah kerumunan tersebut tampak beberapa orang polisi berseragam lengkap dan banyak anak2 muda yang akan merayakan malam pergantian tahun mengelilingi sebuah motor. Ketika kami melewati kerumunan tersebut, kami melihat fenomena kecil. Ada seorang pemuda sedang jongkok dibelakang motor yang sedang dikelilingi tersebut, dia memasangkan wajahnya dihadapan kenalpot motor entah milik siapa, lalu salah satu polisi yang ada disitu menggerung-gerung (atau bahasa jawanya blayer-blayer) sehingga asap knalpot mengenai muka sang pemuda tersebut. Entah apa yang sedang mereka lakukan?? Dasar orang-orang aneh..
Perjalananpun kami lanjutkan.
Tak berapa lama, setelah melalui pertigaan pertama di Madura (entah kawasan apa), kami mengaungkan Vivat TF diatas motor (entah awalnya ide siapa), yang jelas saat itu sepertinya darah Hijau TF sedang mendidih hingga dinginnya udara malam tidak terasa lagi. Motorpun kembali berjalan. Namun, beberapa saat setelah melaju arah dan tujuan kami berubah. Niat untuk mengelilingi Madura kandas di jalan, karena kami memutuskan saat pergantian tahun tiba kami ingin melihat Kembang Api di Balai Wali Kota Surabaya. Motorpun berubah arah, dan kembali kami memasuki Tol Suramadu dengan tarip yang sama. Perjalanan Madura-surabaya tidak terlalu berbeda seperti halnya Surabaya-Madura, hanya arahnya yang tidak sama.
Jembatan suramadu terlewat sudah, akhirnya akupun ga penasaran lagi dan bisa tidur dengan nyenyak. Kawan, kalau kau bertanya “Apakah kamu sudah ke Suramadu??” dan inilah jawabannya. Tidak sia-sia bukan kuliah jauh-jauh ke Surabaya????????
*Pesta Pora*
Roda kembali bergulir dengan cepat, perjalanan menuju balai wali kota memang sengaja kami percepat agar tidak tertinggal momen kembang api. Namun, ditengah perjalanan Dua Motor rupanya tertinggal cukup jauh. Sehingga tiga motor yang lain terpaksa menunggu dipinggir jalan. Suasana yang menyebalkan sebenarnya jika harus menunggu, tapi hidup memang keras.
Setelah semua berkumpul kembali, perjalanan pun dilanjutkan. Kami semua bergabung dalam keramaian, bersatu dengan kebisingan, menjadi bagian dari seni jalanan. Suara kebisingan klakson, terompet, dan knalpot motor berpadu dengan iringan motor disana-sini. Bonceng dua, tiga, atau sendiri. Bersama teman, bersama pacar yang terkadang membuat kami iri, ataupun bersama keluarga tercinta. Pejalan kaki, deretan pedagang, ataupun polisi-polisi yang berdiri tegak menjadikan jalanan panggung yang benar-benar meriah dengan hiasan lampu jalanan, disanalah pesta pora terbesar Masyarakat di dunia. Tidak hanya surabaya atau Indonesia secara umum, negara-negara Asia lainnya bahkan sampai Eropa, Amerika, dan Afrika memeriahkan Malam 31 Desember tersebut atau yang biasa disebut ‘Malam Tahun Baru’.
Setelah terpukau dengan keindahan tersebut, kamipun terus melaju ditengah-tengah aliran derasnya berbagai kendaraan roda empat dan dua. Setelah meleok-leok bagai ular, menelusuri berbagai jalan di Surabaya akhirnya kamipun hampir sampai di Balai Walikota. Namun, belum sempat kami sampai tujuan, mogok menjadi kendala yang sangat menyebalkan. Motor yang kukendarai terpaksa harus digiring kepinggir jalan, karena sudah kumat asmanya. Tepat didepan hotel Sahid Surabaya, kami berhenti. Dan ditempat itulah kami akhirnya menonton kembang api. Sambil menunggu kembang api menyembur, kami sempat poto-poto ditengah keramaian, dibawah pohon kecil tak bernama dengan penyinaran sederhana ‘lampu motor’ kami pun memasang pose-pose lugu yang mampu membuat anak kecil yang sedang menangis langsung diam karena pingsan. Setelah itu, kembali kami memandangi bias keindahan jalanan.
Mata sedikit nakal saat itu, sedikit lirik sana-sini mencari aura bunga-bunga bangsa yang ayu (atau dalam bahasa sunda Kembang Desa). Sedikit ada rasa iba saat melihat bunga-bunga tersebut tidak memakai pakaian yang layak, yang memamerkan kemolekan setiap lekuk tubuh, bahkan sampai ada yang hampir tidak tertutup. Namun, naluri berkata lain, tatapan tetap memandang jauh bahkan sampai kesetiap detail yang tampak. Begitulah kenyataan, menyakitkan. Tapi disisi lain merupakan keindahan yang sebenarnya busuk. Muakk..
Malam telah larut, tak terasa waktu telah menunjukan pukul 00.00. Syuuutttt,, Duarr, Duarr, langit kota Surabaya terpecahkan oleh warna-warni kembang api. Tahun telah memasuki 2010, malam tambah meriah. Motor-motor mengaum, knalpot mengalun tidak harmonis. Nada-nada berbeda namun tetap bersatu. Semua seolah meneriakkan ‘Selamat Tahun Baru 2010’.
Fenomena-fenomena begitu banyak yang tercecer di setiap sudut jalan. Salah satunya adalah tentang seorang polisi yang terserempet oleh seorang pemuda. Saat itu polisi sedang menertibkan jalanan karena begitu macet. Namun, seorang pemuda tidak sabar ingin segera melaju. Dan akhirnya, polisi tersebut terserempet. Emosi tak terbendung, polisi tersebut mengetok kepala pemuda dengan keras. Dan pemuda tersebut terus melaju bersama aliran udara. Hilang.
Belasan bahkan puluhan sudah kembang api menari-nari di atas langit, asap kembang api pekat memenuhi langit surabaya. Di depan Hotel Sahid, semua tampak jelas meskipun jarak cukup jauh membentang. Disini, temanku berkata,, “Dan gimana, kalau Hotel sahid tiba-tiba meledak karena BOM??”.. Aku, “Hmm, itulah kembang api terbesar yang pernah kita saksikan.” Lalu temanku berkata lagi, “ Ya kita juga kena dodol.”. Aku berkata, “Udah nasib.”
Setelah puas menikmati malam yang luar biasa tersebut, kamipun pulang untuk melepas lelah. Namun, Perjalanan pulang tidak semulus seperti saat berangkat. Sangat sulit sekali keluar dari kerumunan. Macet. Tidak bergerak. Butuh usaha yang keras untuk akhirnya bisa terlepas dari belenggu kemacetan tersebut.
Akhirnya, kamipun sampai dijalan utama. Lengang, Sepi. Perjalanan pulang berjalan mulus meski cukup lama. Namun, saat pulang kami terpisah-pisah sehingga tidak bersama-sama (emang gitukan??).
Sesampainya di depan Gerbang ITS, kami tidak langsung pulang kekosan. Namun, kami berburu warkop untuk menghilangkan kantuk. Warkop didapat, tepat disamping Wow net di daerah keputih. Sambil menunggu empat rekan kami yang lain kami berenam memesan mie dan minuman disitu. Tak berapa lama menunggu, dua rekan kami tiba, dan dua orang yang lain ternyata telah lebih dulu kekosan karena sudah mengantuk. Akhirnya, hanya kami berdelapan yang bertahan di warkop tersebut. Setelah makan, minum, dan mengobrol sebentar, akhirnya diadakan rapat terbuka untuk membahas masalah serius, “Abis dari Warkop sini mau kemana??.” Asrama telah tutup sejak pukul sebelas malam, sementara sekarang sudah hampir setengah tiga pagi. Dimana motor harus disimpan? Memasukan ke asrama? Gimana caranya? Diangkat? Mana kuat. Alternatif hanya satu, yaitu meminta kunci ke penjaga asrama, tapi sudah jam segini pasti sangat mengganggu. Apalagi kalo sial kepergok sama pengurus asrama Mr.B, bisa-bisa diceramahi sampe botak kita.
Kantuk sudah tak bisa berkompromi lagi, sulit sekali untuk ditahan. Akhirnya diputuskan motor disimpan di kos-kosan teman kami yang ada di gebang. Coba daritadi..Keputusan didapat. Kamipun pulang, beberapa ke asrama dan yang lain kekosan. Simpel.
williette
Posting Komentar