* Harga Sebuah Kepercayaan
Sabtu pagi yang cerah dengan suasana
Start,..
Acara WFR diawali dengan registrasi, setiap kelompok wajib mengisi form registrasi di meja yang telah disediakan untuk kemudian mendapatkan modul dan peralatan membuat robot yang terdiri dari Papan PCB, resistor, transistor, kabel hijau, merah, dan hitam, sepasang sensor, sepasang potodioda, IC, dll. Setelah selesai registasi dan semua peserta telah mendapatkan peralatan tempur tadi , kami semua digiring ke sebuah tempat yang telah diberi nama “Theater A”. Di tempat inilah kami mendapatkan berbagai materi tentang kerobotan serta komponen-komponen yang akan kami gunakan untuk membuat robot kelak. Materi demi materi disampaikan, mulai dari pengenalan robot, transistor, sensor, resistor, smpai pada desain mekanik. Bagaikan anak SD yang baru masuk, kami bertiga hanya duduk manis pasang telinga dengan ekspresi wajah yang takjub yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata atau lebih tepatnya ‘wajah tolol’. Hampir semua materi kami mendengarkan dengan baik, dan dengan suksesnya hampir semua materi pula kami kebingungan. Saat sesi tanya jawab, tidak ada satupun dari kami yang bertanya, bukan karena kami telah menguasai materi tetapi karena kami tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Meskipun sebenarnya saat sesi tanya jawab wajah kami terlihat begitu meyakinkan.
Pemberian materi selesai, semua peserta dipersilakan untuk keluar ruangan dan menuju ruangan masing-masing untuk bertemu trainer seperti yang tertera pada kertas pengumuman. Dalam kertas tersebut terpampang jelas tim “cepot” Ruang P103, dengan trainer Mas Farid. Maka, kamipun bergegas menuju ruangan tersebut dengan pancaran ekspresi wajah yang hampir sama “Kusut”.
Ruangan kami masuki, fase atau lebih tepatnya sesi berikutnya adalah Perakitan Robot Line Tracer (RLT) yang akan kami lakukan diruangan ini. Tampak beberapa peserta telah lebih dulu sampai diruangan P-103 ini, kami pun mencari tempat untuk akhirnya duduk. Tak lama menunggu, masuklah beberapa orang yang untuk selanjutnya disebut trainer. Trainer-trainer tersebut mendatangi tim-tim yang mereka asuh, dan akhirnya Seorang Trainer menghampiri kami. Dialah trainer yang akan membimbing kami membuat sebuah robot. Adit, begitulah sapaan akrab untuk trainer kami tersebut. Dialah yang bertanggung jawab menjadi trainer kami menggantikan Mas Farid.
Pelatihan dimulai, Mas Adit membuka pelatihan ini dengan review materi-materi yang telah dijelaskan sebelumnya. Kamipun saling tatap, bingung. Apa yang harus kami ucapkan?? Akhirnya, dengan pengetahuan yang sangat terbatas kamipun berbicara seadanya ditambah dengan kalimat-kalimat ‘sok tau’ yang keluar begitu saja dari mulut. Namun, tetap saja pada akhirnya Mas Aditlah yang angkat kaki (eh, angkat bicara) menjelaskan tentang beberapa komponen yang telah berserakan dihadapan kami.
Review selesai, kamipun memulai merakit sesuai dengan instruksi yang Mas Adit berikan. Mulai dari memasang sensor, potodioda, transistor, dan semua komponen yang dibutuhkan. Waktu bergulir begitu saja, tanpa terasa hampir semua komponen telah terpasang pada tempatnya, dan tanpa kami sadari trainer kami telah pulas tertidur tepat disamping kami. Kepercayaan, percaya pada tim, begitulah yang dia katakan terhadap tim kami, yang memang jika dilihat dari wajah dapat dipercaya. Kami dibebaskan berkreasi begitu saja, sementara trainer yang lain sibuk membantu sana-sini terhadap timnya masing-masing. Maka inilah pelajaran yang sangat berharga yang kami dapat dari Workshop ini, kepercayaan, kerjasama, kreativitas, dan kemandirian. Namun, tanpa kami sadari inilah awal dari bencana yang akan melanda kami selanjutnya.
Robot terdiri dari dua komponen utama, desain elektronik yang terdiri dari sensor, resistor, dkk seperti yang telah kami rakit sebelumnya, dan desain mekanik yang sedang pusing kami pikirkan. Beginilah jika punya tim terlalu kreatif. Sungguh keterlaluan. Terlalu banyak inovasi dan dan ide-ide bodoh yang hanya lalu lalang diluar kepala. Lama berpikir, akhirnya terciptalah suatu inovasi luar biasa dalam suatu kebodohan yang tidak kami sadari selanjutnya.
Desain mekanik yang entah mengapa terbesit dalam pikiran adalah : satu gear pada tiap-tiap motor (dalam pikiran kami satu gear langsung antara motor dan ban dapat memberikan torsi yang besar sehingga harapan kami Robot dapat melaju dengan cepat), serta Bola pada Rexona sebagai roda bebas. Desainpun didapat.
Tak terasa, waktu telah membawa kami pada jam pulang. Setelah dipersilakan untuk pulang dan diperbolehkan melanjutkan pembuatan robot di rumah masing-masing, kami semua pulang. Dan untuk urusan pulang ini, tim kamilah yang paling disiplin. Disaat tim-tim lain masih betah diruangan untuk menyolder dan merakit, tim kami mengebu-gebu untuk pulang bahkan menghasut tim lain agar mengikuti jalan kami “Pulang”.
bersambung.....
Williette ‘Feat’ Kang_Nie
Posting Komentar