Kamis 31 Desember 2009 pukul 12.30 sebuah hari yg akan mengakhiri tahun 2009. Dan pada hari ini pula UAS juga mengakhiri penyiksaannya terhadapku. Emang UAS pernah menyiksaku? Aku kan gak pernah belajar untuk UAS, jadi gak ngerasa tersiksa karena terpaksa belajar. Yaudah deh untuk mengakhiri penyiksaannya terhadap teman-temanku yang terpaksa belajar untuk menghadapi UAS. Karena tidak pernah belajar, maka dengan ragu-ragu kumasuki ruang P-103 untuk mengikuti UAS Fisika Rekayasa. Ya Fisika Rekayasa, sebutir mata kuliah dg butir SKS terbanyak yaitu 5 SKS yang siap menghancurkan IP-ku bila Hasil akhirnya jelek.
Beberapa menit setelah masuk, soal dan lembar jawaban dibagikan. Dengan santainya kubuka soal dan ternyata soalnya gak ada yg bisa kukerjakan. Memang aku tidak belajar untuk menghadapi UAS karena aku berprinsip bahwa kalau sudah belajar hasilnya tidak memuaskan maka akan menyesal, sebaliknya kalau tidak belajar dan mendapatkan hasil yg buruk itu sudah sewajarnya, apalagi kalau tidak belajar dan mendapatkan hasil yg sempurna, itu lebih memuaskan.
Selesai membaca soal, aku hanya bisa terdiam di kursi, menoleh ke kiri belakang dan menunggu jawaban dari temen-temen. Namun, sudah setengah jam belum ada jawaban yg beredar, akhirnya aku mencoba mengerjakan soal terakhir yg menurutku itu soal yg paling mudah diantara yang sulit dan dengan bangganya aku telah berhasil menyelesaikan satu point pada soal terkhir, padahal di soal terakhir ada tiga poin. Lumayanlah daripada tidak sama sekali. Beberapa menit kemudian, salah seorang temanku memberiku jawaban soal no 1 pada secarik kertas. Rasa bangga pun bertambah ketika satu demi satu soal telah terselesaikan dengan metode yg sama yaitu mendapatkan jawaban dari secarik kertas. Tepat pukul 14.30 semua soal telah terjawab dan keluar ruangan tanpa beban.
Senyum bangga semakin melebar setelah keluar ruangan, ada temanku yg katanya malamnya belajar dengan serius dan pada saat UAS tidak bisa menyelesaikan salah satu ataupun ada yang salah dalam pengerjaannya. Di dalam hati aku berkata,aku yg gak bisa sama sekali masih santai,dia yg gak bisa Cuma satu soal aja sudah seperti musibah. Setelah cerita dan ngobrol-ngobrol tentang soal UAS, semakin meyakinkanku bahwa prinsipku memanglah benar. Daripada belajar, terus tidak bisa mengerjakan mendingan gak usah belajar kalau memang sama-sama gak bisa mengerjakan Aku berprinsip seperti itu karena mau belajar untuk UAS sudah telat dan terlalu mepet dengan UAS untuk memulai belajar. Makanya gak usah belajar biar gak menyesal.
Tetapi semester depan aku berprinsip, bahwa prinsip seperti itu tidak baik. Why? Karena dengan berprinsip seperti itu, akan menumbuhkan niatku untuk tidak belajar dan menyuburkan tunas-tunas kemalasan. Karena malas inilah, setan-setan yang mengajak untuk tidak belajar semakin bertambah dan konsekuensi akhir yg didapatkan adalah kelabakan pada saat UAS untuk semua mata kuliah. Dan akhir kata, semoga semester ini IP-ku gak kurang dari 2. Amin.
Kang_Nie
Posting Komentar